8.27.2011

Media dan Warung ayam penyet

Di tiga tahun terakhir ini, ada beberapa website yang selalu saya kunjungi regular untuk mendapatkan informasi terkini. Untuk dalam negeri, biasanya saya mampir ke Kompas.com, vivanews.com atau tempo interaktif. Dan dikarenakan sedikitnya coverage dari press lokal tentang dunia selain masalah koruptor dan hukum di negeri kita, saya juga sering lihat-lihat di bbcnews atau Deutsche Welle atau Aljazeera sebagai sumber.


Akhir-akhir ini saya semakin gundah melihat keseimbangan media kita menyediakan informasi. Sepertinya kita selalu disuguhi dengan isu politik, parlemen, korupsi, terkadang bencana alam (tapi biasanya hanya 2-3 hari bertahan di headline, sementara untuk masalah hukum dan korupsi bisa berbulan-bulan). Apa yang terjadi? Kenapa media seperti sinetron kejar tayang tanpa peduli dengan informasi lain yang lebih berharga untuk publik? 



Entah karena rating yang tinggi karena beritanya sudah seperti opera sabun, atau karena memang isu yang diberitakan penting, yang jelas ledakan informasi semacam ini membuat saya betul-betul gerah. Berita yang sama di tiap media lokal, dibahas setiap hari dengan berbagai narasumber yang omongannya hanya itu-itu saja. Terkadang malah saya merasa media cukup memprovokasi suasana "biar rame" dan terlalu mengarahkan opini masyarakat. 


Penting untuk menganalisa dan membandingkan informasi agar media tidak mengoperasi otak kita (image: wastetimepost.com)

Saya selalu suka membaca kompas cetak di akhir pekan karena banyak artikel alternatif mengenai arsitektur, traveling, atau humaniora, misalnya. Tapi di portal dunia maya, saya seakan kehabisan akal untuk mendapatkan berita selain politik. Berita teknologi hanya seputar gadget terbaru yang seakan tak ada habisnya, rubrik travel kurang dinamis. Semua tentang politik, korupsi, dsb. Tema yang seksi mungkin. Sepertinya hanya berita seputar sepakbola yang bisa menyaingi si seksi ini. Tapi ada banyak website yang jauh lebih mumpuni untuk fans sepak bola, seperti goal.com atau UEFA. Jadi kenapa informasi yang sama dari koran tidak bisa saya dapatkan di internet?


komunitas ted bisa jadi sumber informasi alternatif buat yang bosan dengan isu politik lokal (image yorissebastian.com)  
Satu lagi yang saya lihat kurang diperhatikan adalah berita yang memotivasi. Sangat jarang saya membaca berita tentang prestasi anak bangsa, atau cerita-cerita yang menginspirasi kita untuk maju ke depan dan tersenyum. Vivanews sempat merilis beberapa rubrik menarik seperti pahlawan sains indonesia atau sorot 116. Media massa di Jerman misalnya, kerap meliput temuan-temuan ilmuwan (termasuk juga sosial dan budaya) mereka. Semacam progress report kepada publik sekaligus meningkatkan kepedulian masyarakat umum tentang ilmu pengetahuan. 


Mari kita melihat sedikit lebih jauh ke barat laut, media seperti Deutsche Welle, BBC atau TED contohnya, menyediakan informasi yang cukup berimbang dan aktual baik dari sisi politik atau isu internasional terkini, dengan rubrik tentang teknologi, seni dan budaya. Ini membuat kita sebagai pembaca mempunyai pilihan yang cukup beragam, seperti mengunjungi food court dengan beragam pilihan makanan. Lebih nyaman lagi, semua menu tersedia dalam lebih dari 25 bahasa. Mouse bebas memilih kemana dia suka, tidak ada yang mengarahkan opini. Video dari Kirk Citron ini contohnya.




Kita tahu masalah politik dan hukum di Indonesia memang tema yang menarik untuk didiskusikan. Tetapi bukan berarti kita harus membahasnya setiap hari. Banyak urusan-urusan lain yang juga tak kalah penting. Dari semua itu, media memegang kendali. Saya bermimpi media kita di masa depan bisa memberikan alternatif. Entah itu sains, teknologi, budaya ataupun sastra (majalah horison, satu-satunya majalah sastra di Indonesia terancam bangkrut). Seperti analogi foodcourt tadi, melihat suguhan media saat ini seperti makan setiap hari di warung ayam penyet yang hanya punya menu ayam bakar, ayam goreng, lele goreng, teh dan jeruk hangat. Setelah satu bulan makan di warung, dipastikan anda mulai bosan.


Oh saya baru ingat. Terkadang mereka juga sedia nasi uduk dan es jeruk, jika esnya masih ada.

No comments:

Post a Comment